Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Senin, 11 November 2013

Konsep Kepemimpinan STMJ ala Wiranto




JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Hanura Wiranto mengatakan, seorang kandidat calon presiden dan wakil presiden Indonesia harus memiliki konsep kepemimpinan yang jelas. Jika tidak, akan sulit bagi Indonesia untuk dapat unggul dalam persaingan global.

"Ada satu minuman khas Malang yang sangat khas, yaitu STMJ (susu, telur, madu, jahe). Nah seorang calon pemimpin itu juga harus STMJ," kata Wiranto saat berbincang bersama bloger Kompasiana di Hotel All Seasons, Jakarta, Sabtu (9/11/2013).

Konsep STMJ yang dimaksud Wiranto ialah sadar, tahu, mampu, dan jamin.

Pertama, Wiranto menjelaskan, seorang pemimpin harus sadar jika jabatan yang nantinya akan dipegang merupakan amanat dari Tuhan dan merupakan mandat dari masyarakat. Untuk itu, seorang pemimpin haruslah melandasi akhlaknya dengan kemampuan spiritual yang tinggi agar tidak mudah tergoda dari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kemudian, seorang pemimpin juga harus tahu masalah dan tahu solusinya. Untuk itu, pemimpin harus memiliki pengetahuan untuk dapat mengenali segala permasalahan yang sangat kompleks dan dapat menemukan solusi yang tepat," katanya.

Minggu, 03 November 2013

HANURA SUMBA BARAT MEMPERJUANGKAN KETERSEDIAAN AIR BAGI PETANI

(Sumber: satus FB Dr. Kebamoto Tanabi)

MASALAH:
1. SUMBA BARAT KEKURANGAN 10.000 TON BERAS PERTAHUN
Jumlah penduduk Sumba Barat 104.000 menurut data tahun 2012. Taruhlah sekarang menjadi 110.000 jiwa. Jika kebutuhan sumber karbohodrat (beras) per orang per hari sebanyak 1,2 kg/hari, maka dibutuhkan sebanyak 1,2 kg/orang/harix110.000 orangx365 hari/tahun = 48.180 ton/tahun. Jika jumlah ini direduksi akibat umur dan konsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung dan ubi-ubian sebesar 20% (kalau ada juga jagung dan ubi-ubian), maka kebetuhan beras kabupaten Sumba Barat sebesar 38.544 ton/ tahun. Namun, menurut data BPS NTT 2012, kabupaten Sumba Barat hanya menghasilkan 20.660 ton gabah kering giling dan 11.515 ton beras. Jika semua gabah kering giling dijadikan beras, maka jumlah beras yang dihasilkan Sumba barat pertahun adalah 11.515 ton + 80%x 20.660 ton (dari gabah kering yang digiling)= 28.043 ton beras. Dari perbandingan kebutuhan beras untuk seluruh masyarakat Smba Barat dengan ketersediaan beras yang ada, maka kabupaten Sumba Barat kekurangan 10.000 beras pertahun. Lahan yang menghasilkan padi di Sumba Barat hanya seluas 6.720 hektar dengan produksi sekitan 3 ton/ha. Agak sulit melakukan ekstensifikasi seperti pencetakan sawah baru dalam volume besar mengingat laha yang sempit dan jumlah penduduk yang semakin banyak.

2. SUMBA BARAT BELUM SERIUS MENGURUSI KETERSEDIAAN PANGAN DENGAN PELUANG INTENSIFIKAS PERTANIAN (PADI SAWAH).
Masalah dengan kebijakan pemda SUMBA BARAT dalam konteks intensifikasi pertanian (padi sawah) adalah masalah serius yg tdk pernah diseriusi dalam penangannya sejak dahulu kala. Warisan masalah ini masih berlanjut dalam pemerintahan bupati JPP kalau kita mengacu pada data tahun 2012. Bagaimana tdk, SUMBA BARAT yg kekurangan sekitar 10.000 ton beras ini menunjukan bahwa intensifikasi pertanian sangat lemah penanganannya. Produksi padi Sumba Barat yg 3ton/ha saja, jika digenjot menjadi 4-5 ton/ha, maka sudah terjadi surplus beras.

Followers

 

web widgets